Skip to main content

Kerauhan

Perasaanku tak enak hari ini. Iya! Katanya meyakinkan
Grrrr…. Kenapa dia datang lagi?
Aku diam, kulumat matanya bulat-bulat!
Tapi tak ku dapat gelisahnya.
Dia tak bersembunyi, tapi hatiku terlalu tumpul

Oh, kenapa aku tak enak makan? Kenyang rasanya!
Ada apa ini? Ada apa dengan istriku di rumah? Anakku?
Ya, beberapa hari lalu anakku hampir celaka!
Dia jatuh dari sepeda motor waktu ke sekolah, padahal semestinya tak begitu!
Dipukulnya badannya, digaruk kepalanya
Ketombenya berjatuhan atau kulit kepalanya?
Kuikuti setiap celah garukan, betapa dalamnya!
Tapi tak ku dapatkan!

Ah, mungkin perasaanmu saja, datar saja kataku.
Diapun berlalu.

Tolong! Tolong!
Aku sudah memintanya untuk tenang, tapi dia jadi beringas!
Dimana? Dimana dia pak?
Di sana! Dia merayap dari laut ke sini!
Ku cengkeram panik di matanya
Takkan ku lepaskan, ingin kurasakan juga
Tapi aku tak bisa!

Di mana dia?
Tadi kau bilang dia turun dan merayap?
Iya, dia menuju dirimu!
Gelap!
Grrrr......matanya merah. Dia merayap seperti komodo!
Kali ini ku urung melumatnya! Karena mata itu bukan miliknya
Dia milik penunggangnya!
Penunggang dengan banyak pesan
Pesan banyak nyawa!

buat: Karissa & Jappy yang sempat tercekam

Comments

Popular posts from this blog

Ribuan kali sudah kuikuti putaran jarum jam dindingku Mata memerah lelah tak juga mampu membelai otak untuk istirahat barang sesaat Apakah ini persimpangan kita?

Cinta pertama

Malam tak tidur jua Walau senandung jangkrik memaksa Dan bulan meringkuk di ketiak kelapa memohon lirih: Tidurlah cintaku akan ku sampaikan gelisahmu padanya tentang kutuk dirimu yang tak bergumam dan tak bersenyum ketika bersua tentang selaksa kalimat cinta tertahan di gemeretak gigi tentang mata luruh walau mengerling sekalipun tentang langkah menggegas, memburu berlalu Yakinlah dia akan memaafkanmu karena aku akan membawa kabar sama darinya kepadamu

Di ujung senja

Aku melulur hari hari ku dengan peluh Menjaga syukur batin tetap menyala Memandu kaki yang tak bermata Sekian ribu hari berlalu masih tetap gelap Menekan harap ke titik terbawah Tapi di sisi jalan penyorak berteriak: Ayo kamu bisa! Ayo kamu bisa! Tapi ternyata merekalah yang lapar kemenangan lapar pesta pora! Tak peduli dengan luka luka Tak peduli dengan pahit hidup sejauh bukan miliknya