Skip to main content

Kuingat kau...

Mungkin aku terlalu menuntut
agar kau genggam aku erat ketika kita sebrangi sungai itu
agar kau memeluk aku ketika perahu yang kita tumpangi oleng
agar kau lebih dulu menahan aku ketika aku jatuh mengejar kelomang
dan aku membalasnya dengan kemarahan yang sangat
ketika kau menghalangi aku keluar malam
ketika kau mendoktrinku dengan apa yang kau anggap baik
ketika kau memintaku untuk tetap belajar
walau ku tahu kau tahu, belajar itu membosankan
Kuingat kau papa,
ketika aku menggodamu saat kau mengerang
dan badan dipenuhi selang
tapi mungkin kau malah tersinggung
kulecut kau sebagaimana kau lecut aku

Hari ini semestinya kau bertambah sepuluh tahun lagi
menghias hari-hari mama

kuingat kau, papa

Comments

Popular posts from this blog

Ribuan kali sudah kuikuti putaran jarum jam dindingku Mata memerah lelah tak juga mampu membelai otak untuk istirahat barang sesaat Apakah ini persimpangan kita?

Cinta pertama

Malam tak tidur jua Walau senandung jangkrik memaksa Dan bulan meringkuk di ketiak kelapa memohon lirih: Tidurlah cintaku akan ku sampaikan gelisahmu padanya tentang kutuk dirimu yang tak bergumam dan tak bersenyum ketika bersua tentang selaksa kalimat cinta tertahan di gemeretak gigi tentang mata luruh walau mengerling sekalipun tentang langkah menggegas, memburu berlalu Yakinlah dia akan memaafkanmu karena aku akan membawa kabar sama darinya kepadamu

Di ujung senja

Aku melulur hari hari ku dengan peluh Menjaga syukur batin tetap menyala Memandu kaki yang tak bermata Sekian ribu hari berlalu masih tetap gelap Menekan harap ke titik terbawah Tapi di sisi jalan penyorak berteriak: Ayo kamu bisa! Ayo kamu bisa! Tapi ternyata merekalah yang lapar kemenangan lapar pesta pora! Tak peduli dengan luka luka Tak peduli dengan pahit hidup sejauh bukan miliknya