Skip to main content

senja 1

Setengah penggal matahari bersaksi
mengelus benang horizon
ketika senyap dan nafas dahaga menyatu
pada gemericik air yang panik di kaki telanjang
pada gemeretak tak beraturan karang mati terlindas

Seperempat penggal matahari bersaksi
membentuk bayang diam
ketika berkas cahaya tak kuasa menembus dua tubuh
mendamparkan sinar pada wajah memerah
pada kilau kristal yang keluar dari pojok mata

Ketika matahari membenam
yang terlihat hanya nafas yang tak terdengar
sementara air makin panik

3 april 2006

© 2006, Gustaf Mamangkey

Comments

Popular posts from this blog

Ribuan kali sudah kuikuti putaran jarum jam dindingku Mata memerah lelah tak juga mampu membelai otak untuk istirahat barang sesaat Apakah ini persimpangan kita?

Cinta pertama

Malam tak tidur jua Walau senandung jangkrik memaksa Dan bulan meringkuk di ketiak kelapa memohon lirih: Tidurlah cintaku akan ku sampaikan gelisahmu padanya tentang kutuk dirimu yang tak bergumam dan tak bersenyum ketika bersua tentang selaksa kalimat cinta tertahan di gemeretak gigi tentang mata luruh walau mengerling sekalipun tentang langkah menggegas, memburu berlalu Yakinlah dia akan memaafkanmu karena aku akan membawa kabar sama darinya kepadamu

Di ujung senja

Aku melulur hari hari ku dengan peluh Menjaga syukur batin tetap menyala Memandu kaki yang tak bermata Sekian ribu hari berlalu masih tetap gelap Menekan harap ke titik terbawah Tapi di sisi jalan penyorak berteriak: Ayo kamu bisa! Ayo kamu bisa! Tapi ternyata merekalah yang lapar kemenangan lapar pesta pora! Tak peduli dengan luka luka Tak peduli dengan pahit hidup sejauh bukan miliknya